Al-Qassam: Siapa Berani Sentuh Mujahidin!

16.07

dakwatuna.com - Gaza, Brigade al -Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas, menegaskan pihaknya akan tetap ada di Tepi Barat apapun aksi yang dilakukan penjajah dan pengekornya. Menurutnya, darah para mujahidin tidak akan menambah apa-apa kecuali kekuatan dan komitmen berpegang teguh pada perlawanan terhadap penjajah. Al-Qassam menilai Abbas dan Fayad bertanggung jawab atas pembunuhan para mujahidin di Qalqilia. Al-Qssam akan memburu mereka yang berpartisipasi dalam membasmi para mujahidin di Tepi Barat.

Jurubicara al-Qassam, Abu Ubaidah mengatakan, “Bila orang-orang yang sesat itu menyakini bahwa al-Qassam akan berakhir di Tepi Barat, maka kami yakinkan mereka bahwa al-Qassam di Tepi Barat menuju semangat dan kekuatan dengan izin Allah.”

Abu Ubaidah mengatakan bahwa al-Qassam masih tetap pada sikapnya terhadap geng-geng, yang tidak lain adalah milisi yang sudah keluar dari norma, moral dan nasional. Tidak ada perlakukan atas mereka kecuali dengan perlawanan dan perjuangan. Kami tidak akan memberi belas kasihan pada siapa saja yang memburu para pemimpin dan mujahid kami. Mereka tidak akan menemukan kecuali senjata dari kami.” Abu Ubaidah menyerukan kepada para pejuang perlawanan dan mujahidin di Tepi Barat untuk memperlakukan geng-geng Abbas di Tepi Barat layaknya kekuatan penjajah.

Menurutnya, Abbas dan Fayad secara pribadi dan langsung bertanggung jawab penuh atas kejahatan dan tertumpahnya darah para mujahid ini. Keduanya yang akan membayar harga semua itu. Masih menurut Abu Ubaidah bahwa semua dialog dan kesepaktan yang akan datang tidak mungkin memberi mereka keamanan dan ampunan atas kejahatan biadab ini.

Mengenai realitas aksi pembunuhan para mujahid di Qalqilia, kemarin, Abu Ubaidah mengatakan, “Geng-geng yang lahir dari keranjang Fayad - Zionis - Amerika sejak kamis pagi mengepung 3 mujahid al-Qassam yang menolak menyerahkan diri mereka ke geng-geng yang keluar dari barisan nasional dan berada di bawah perintah Jenderal Amerika Keith Dayton. Para mujahid bertekad meninggalkan lokasi untuk melanjutkan perlawanan terhadap penjajah dan mengusirnya. Namun geng-geng yang terdiri dari ratusan personel dan puluhan kendaraan dan jeep militer terus mengepung dan menembaki rumah yang dijadikan perlindungan para mujahid. Dengan segala cara geng-geng ini melakukan tekanan dan tindakan represif terhadap warga yang ramai-ramai datang untuk menyelamatkan para mujahid. Milisi Abbas - Dayton ini menggunakan semua yang digunakan tuan mereka, Zionis Israel, untuk menerong orang-orang dan memaksa para mujahid agar menyerahkan diri. Namun mereka tetap menolak untuk menyerahkan diri kepada para pembunuh yang beberapa hari sebelumnya telah membunuh rekan-rekan mereka di kota yang sama, termasuk dua komandan al-Qassam Muhammad Saman dan Muhammad Yasin. Makan geng-geng ini memperketat pengepulan rumah dari berbagai penjuru, meledakan sejumlah bom dan peledak. Di bawah hujan serangan yang dilakukan geng-geng ini berhasil menyerbu rumah dan membunuh tiga mujahid al-Qassam. Mereka adalah Muhammad Atiyah, Iyad Abtali dan Ala Diyab.” (seto/infopalestina)
Read On 0 komentar

Muhammad “Guru” Dunia

16.06

dakwatuna.com - Adalah Muhammad saw. Nabi untuk kemanusiaan… kedamaian tersemaikan, kesejahteraan terealisasikan…. Allah swt. memberi kelebihan dan keutamaan kepada kita, umat Muhammad, berupa misi beliau yang menebar rahamatan lil ’alalim. Sungguh benar firman Allah swt,

”Dan Kami tidak mengutus kamu, kecuali sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.” Al Anbiya’:107

Kasih sayang Muhammad saw. meliputi hewan dan tanaman. Terhadap burung dan unta misalkan, atau terhadap pelepah kurma yang merintih, sehingga hati beliau tersayat ketika mendengar rintihannya.
Tentunya, terhadap manusia beliau lebih sayang, terutama kepada anak-anak.

Muhammad saw. merupakan contoh agung dalam berkasih sayang dan bersikap lembut terhadap anak-anak. Beliau teladan besar dalam mendidik anak-anak kita.

Adalah Muhammad saw. sebagai ayah yang penyayang, sebagai kakek yang lembut dan penuh perhatian terhadap semua anak-anak… Inilah pribadi Muhammad, Nabi kemanusiaan saw.

Sungguh, Muhammad saw. memberi pelajaran dan pengalaman berharga bagi kita semua dalam hal mendidik anak-anak kita. Agar kita mampu mencetak generasi yang mampu mengemban tanggungjawab luhur dan mengangkat tinggi panji Islam.

Pokok-Pokok Pendidikan Muhammad

Sirah Nabi telah mengajarkan kepada kita prinsip-prinsip pendidikan, yaitu pentingnya anak-anak memiliki percaya diri, mandiri dan mampu mengemban tanggungjawab di usia dini. Inilah problematika kita sekarang, anak-anak kita kehilangan sikap percaya diri, mandiri dan mental dewasa.

Kita berhajat untuk mengingat peristiwa di mana Muhammad saw. menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan kaum muslimin, meskipun usianya masih muda belia. Ketika itu umurnya baru enam belas tahun (16), padahal ada orang yang lebih tua dan lebih tinggi kedudukannya, seperti Abu bakar, Umar radhiyallahu anhum. Kenapa Muhammad melakukan hal demikian? Adalah karena beliau ingin mengajarkan kepada Zaid rasa percaya diri, dan agar menghilangkan anggapan sebagian orang bahwa Zaid tidak mampu, sekaligus sebagai pembelajaran bagi generasi masanya untuk peduli dengan problematika umat dan berkontribusi menyelesaikannya.

Pendidikan Sikap dan Perilaku

Muhammad saw. mengajarkan dasar-dasar ajaran agama yang lurus kepada anak-anak sejak dini. Beliau mendorong mereka untuk mempelajari etika umum dan perilaku lurus yang orang Barat sekarang menamakannya sebagai ”Seni Etika”.

فقد روى البخاري ومسلم أن عمر بن أبي سلمة، قال:” كنت غلامًا في حجر رسول الله، وكانت يدي تطيش في الصفحة، فقال لي رسول الله “يا غلام، سمِّ الله، وكل بيمينك، وكل مما يليك”، وعندما أراد الحسين- رضي الله عنه - أن يأكل تمرة من تمر الصدقة، قال له الرسول : “كخ كخ، أما علمت أنا لا تحل لنا الصدقة؟!”

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata: ”Ketika saya masih kecil di asuhan Rasulullah, saya hendak meraih makanan di nampan, maka Rasulullah saw. bersabda, ”Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah apa yang terdekat dari kamu.”

Ketika Husain ra, cucu Nabi hendak makan kurma dari hasil sedekah, maka Rasulullah saw. bersabda, ”Jangan, jangan. Bukankah kamu tahu, bahwa tidak halal bagi kita -keluarga NAbi- sedekah seseorang?!.”

Ayah Yang Penyayang

Ketika kita berbicara kasih sayang dan kelembutan Muhammad saw. terhadap anak-anak, maka tidak akan pernah kita temukan bandingan dan permisalan seperti beliau saw. Banyak peristiwa dalam sirah Nabi yang mempesona berkaitan dengan kasih sayang beliau terhadap anak-anak. Baik beliau sebagai Ayah, Kakek atau Pendidik bagi semua anak-anak. Termasuk kasih sayang beliau terhadap anak-anak non muslim.

فقد كان النبي- صلى الله عليه وسلم- يرفع ابنته فاطمة الزهراء - رضي الله عنها - وهي صغيرة عاليا ثم ينزلها ويفعل هذا عدة مرات، ثم يقول “ريحانه أشمها ورزقها على ربها”،

“Adalah Muhammad saw. mengangkat dan melempar ke atas putri kecilnya, Fathimah Az Zahra’ ra tinggi-tinggi dan menangkapnya. Beliau melakukan iti beberapa kali, kemudian beliau bersabda, ”Semoga harum namanya dan luas rizkinya.”

Adalah Muhammad sangat mencintai cucu-cucunya.

وكان النبي- صلى الله عليه وسلم- محبا لأحفاده وكان كثيرا ما يقوم بتدليلهم فعن جابر يقول” دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم، وهو يمشي على أربعة وعلى ظهره الحسن والحسين - رضي الله عنهما- وهو يقول “نعم الجمل جملكما ونعم العدلان أنتما”، وروى الإمام أحمد في مسنده،

Diriwayatkan oleh Jabir, berkata, ”Saya menemui Nabi saw, ketika beliau berjalan merangkak sedangkan di atasnya Hasan dan Husain ra sedang bercanda. Beliau bersabda, ”Seganteng-ganteng orang adalah kalian berdua, dan seadil-adil orang adalah kalian berdua.”

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, berkata, ”Kami shalat Isya’ bersama Nabi. Ketika Nabi sujud, Hasan dan Husain menaiki punggung Nabi. Ketika beliau mengangkat kepalanya, beliau mengambil keduanya dari sisi belakang dengan cara lembut dan menaruh keduanya di lantai. Ketika beliau sujud kembali keduanya mengulangi seperti sebelumnya sampai beliau selesai shalat. Kemudian beliau mendudukkan salah satunya di pahanya.”

Dari Usamah bin Zaid ra, Rasulullah saw mengambil saya dan mendudukkan saya di pahanya sedangkan di paha satunya duduk Hasan ra, kemudian beliau merangkulkan keduanya seraya berdo’a, ”Ya Allah sayangi keduanya, karena saya menyayangi keduanya.”

Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya, berkata, ”Adalah Rasulullah saw sedang berkhutbah, ketika itu Hasan dan Husain memakai baju merah berjalan-jalan dan mutar-mutar di dalam masjid. Maka Rasulullah saw. turun dari minbar dan mengambil keduanya, dan menaruhnya di dekatnya seraya bersabda, ”Sungguh benar firman Allah, ”Sesungguhnya harta-harta dan anak-anak kalian adalah fitnah bagi kalian.” Saya lihat kedua anak ini jalan-jalan, sehingga saya tidak bersabar, saya memotong khutbahku agar saya mengambil keduanya.”

وجاء الأقرع بن حابس إلى رسول الله فرآه يقبّل الحسن بن علي،” فقال الأقرع: أتقبّلون صبيانكم؟! فقال رسول الله: (نعم)، فقال الأقرع: إن لي عشرةً من الولد ما قبلت واحدًا منهم قط، فقال له رسول الله : (من لا يرحم لا يرحم) متفق عليه.

Al Aqra’ bin Habis datang menemui Rasulullah saw. Ketika itu ia melihat beliau mencium Hasan bin Ali ra. Maka saya bertanya, ”Apakah kalian mencium anak-anak kalian?” Rasulullah saw. menjawab, ”Ya”. Al Aqra’ berkata, ”Sungguh, saya mempunyai sepuluh anak, tidak pernah sekali pun saya mencium salah satu dari mereka.” Maka Rasulullah saw. bersabda, ”Barangsiapa yang tidak sayang, ia tidak akan disayang.” Muttafaqun ’Alaih.

Perilaku Muhammad saw. yang demikian tidak hanya kepada keluarganya saja, tapi untuk semua anak-anak pada masanya, sampai pembantunya sekalipun. Adalah Anas Bin Malik memberi kesaksian, ”Saya telah sepuluh tahun menjadi pelayan Rasul, selama itu beliau tidak pernah berkata uf atau hus ata ah kepada saya.”

Adalah Muhammad saw. sangat menganjurkan agar memberi nama anak dengan sebaik-baik nama, begitu juga beliau sangat tidak setuju dan melarang pemberian nama yang buruk. Kenapa? Karena nama itu jangan sampai mempengaruhi mentalitas anak ketika mereka menginjak dewasa.

Muhammad saw. juga sangat memperhatikan penampilan anak-anak.

فعن نافع بن عمر أن النبي - صلى الله عليه وسلم - رأى صبيا قد حلق رأسه وترك بعضه فنهاهم عن ذلك وقال “احلقوه كله أو اتركوه كله”،

Diriwayatkan dari Nafi’ bin Umar, bahwa Nabi saw. melihat anak kecil rambutnya dipotong separuh dan separuh lagi dibiarkan, maka beliau melarang hal yang demikian, seraya bersabda, ”Cukur semuanya atau tidak sama sekali.”

Inilah bukti kepedulian beliau terhadap penampilan anak, agar anak-anak tampil lebih baik, yaitu tampilan Islami. Contoh peristiwa kepedulian Muhammad saw. terhadap pendidikan perilaku dan kasih sayang beliau terhadap anak-anak sangatlah banyak sekali.

Penyayang Terhadap Non Muslim

Muhammad saw. tidak hanya penyayang terhadap anak-anak muslim saja. Namur beliau juga penyayang terhadap anak-anak non muslim.

Adalah kisah anak non muslim Abu Mahdzurah, si pemilik suara merdu. Ketika dia mengejek adzan. Bagaimana Muhammad saw. Memperlakukannya? Beliau tidak memarahinya atau menghukumnya atas ejekan itu. Bahkan beliau mengusap kepalanya seraya berdo’a, “Ya Allah, berilah keberkahan terhadapnya dan tunjukilah dia kepada Islam, beliau mengucapkan itu dua kali. Selanjutnya beliau menyuruh dia mengucapkan, “Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar” sampai akhirnya Abu Mahdzurah adzan di Makkah, Subhanallah!

Muhammad saw. juga sangat peduli terhadap anak-anak non muslim yang sedang sakit, beliau mendo’akan kesembuhannya, beliau memegang tangannya dan mendo’akan kebaikan terhadapnya.

فقد ورد في صحيح البخاري عن أنس بن مالك رضي الله عنه، قال: “كان غلام يهودي يخدم النبي صلى الله عليه وسلم فمرض, فأتاه الرسول - صلى الله عليه وسلم- يعوده فقعد عند رأسه، فقال له أسلم فنظر إلى أبيه وهو عنده، فقال له: “أطع أبا القاسم”؛ فأسلم الصبي ,فخرج النبي- صلى الله عليه وسلم- وهو يقول الحمد لله الذي أنقذه من النار “

Diriwayatkan dalam shahih Imam Bukhari dari Anas bin Malik ra, berkata,
“Adalah seorang anak Yahudi menjadi pelayan Nabi sedang menderita sakit, maka Rasulullah saw. menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya seraya berkata kepadanya, “Berislamlah”. Anak tadi menoleh kepada ayahnya yang berada di sampingnya. Ayahnya berkata, “Ikuti Abal Qasim”. Maka bocah tadi masuk Islam. Lalu Rasulullah saw. keluar seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dia dari neraka.”

Sunggguh Agung Kepribadian Muhammad

Sungguh, sungguh menakjubkan pribadi engkau wahai Muhammad. Engaku tetap menjadi teladan, model dan idola yang layak dicontoh bagi setiap manusia dalam segala sisi kehidupan. Engkau adalah kasih sayang yang dihamparkan Allah swt. di muka bumi. Engkau telah menjadikan kami sebagai “khairu ummah”, sebaik-baik umat manusia.” Sungguh benar firman Allah swt,

”Sungguh, ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Rasulullah, yaitu bagi siapa saja yang mengharap (berjumpa dengan) Allah dan Hari Akhir.” Al Ahzab:21

Shalawat dan salam untukmu Ya Rasulullah. Allahu A’lam
Read On 0 komentar

Cara Berdakwah dengan Non-Muslim

16.04

Pertanyaan:

Pak Ustadz, saya ingin bertanya. Bagaimana cara berdakwah yang baik dengan non muslim. Dan saya sempat mempelajari ilmu kristologi untuk beritahu mereka, bahwa kitab suci mereka mengandung banyak kesalahan. Apa itu boleh menurut Islam? Terima kasih Pak ustadz.

Soenirman, Jakarta

Jawaban:

Allah SWT berfirman, ada tiga cara dalam berdakwah kepada siapa saja, yaitu: dengan hikmah, dengan mawidzah hasanah, atau dengan dialog (ditopang alasan yang lebih baik dan lebih kuat).

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl: 125)

Jika tidak bisa (seperti di atas), (nanti) jadi akan mengesankan negatif terhadap Islam itu sendiri. Jika demikian, ajak mereka menggunakan akalnya secara sehat. Misalnya, bahwa bila sebuah kitab suci banyak yang tidak asli, secara akal kita tidak bisa merasa aman untuk berpegang teguh kepadanya, dan seterusnya..
Read On 0 komentar

Waspadalah Terhadap Perangkap Riya..!

15.47

IKHLAS UNTUK ALLAH TA’ALA [1]
Apa syarat diterimanya amal?
Sebelum anda melangkah satu langkah –wahai saudaraku muslim- hendaklah anda mengetahui jalan untuk merengkuh keselamatanmu. Janganlah anda memberati diri dengan amalan-amalan yang banyak,. Karena, alangkah banyak orang yang memperbanyak amalan, namun hal itu tidak memberikan manfaat kepadanya kecuali rasa capai dan keletihan semata di dunia dan siksaan di akhirat. [2]

Maka, sebelum memulai semua amalan, hendaklah anda mengetahui syarat diterimanya amal. Yaitu harus terpenuhi dua perkara penting pada setiap amalan. Jika salah satu tidak tercapai, akibatnya amalan seseorang tidak ada harapan untuk diterima. Pertama : Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua : Amalan itu telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an, atau dijelaskan oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnahnya, dan mengikuti Rasulullah dalam pelaksanaannya.

Jika salah satu dari dua syarat ini rusak, perbuatan yang baik tidak masuk kategori amal shalih dan tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernyataan ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala.

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya” [Al-Kahfi : 110]

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar amal yang dikerjakan ialah amalan shalih, yaitu amal perbuatan yang sesuai dengan aturan syari’at. Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan orang yang menjalankannya supaya mengikhlaskan amalan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, tidak mencari pahala atau pamrih dari selain-Nya dengan amalan itu.

Al-Hafiz Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya ; “Dua perkara ini merupakan rukun diterimanya suatu amalan. Yaitu, amalan itu harus murni untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keterangan serupa juga diriwayatkan Al-Qadhi Iyadh rahimahullah dan lainnya” [Tafsir surah Al-Kahfi].

PERINTAH IKHLAS, LARANGAN BERBUAT RIYA DAN SYIRIK [3]
Ketahuilah, wahai saudaraku muslim, bahwa semua amalan pasti terjadi dengan niat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya semua amalan ini terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan” [4]

Dan dalam amal itu harus mengikhlaskan niat untuk Allah Ta’ala berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat ; dan yang demikian itulah agama yang lurus” [Al-Bayyinah : 5]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman.

“Katakanlah : ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atas kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui” [Ali-Imran : 29]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah memperingatkan bahaya dari berbuat riya’, dalam firman-Nya.

“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu” [Az-Zumar : 65]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Allah Ta’ala berfirman ; “Aku sangat tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa beramal dengan suatu amalan, dia mneyekutukan selain Aku bersama-Ku pada amalan itu, Aku tinggalkan dia dan sekutunya” [HR Muslim, no. 2985]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Barangsiapa mempelajari ilmu yang dengannya dicari wajah Allah Azza wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk meraih kesenangan dunia dengan ilmu itu, ia tidak akan mendapat aroma surga pada hari kiamat” [5]

RIYA DAN JENIS-JENISNYA [6]
Di antara jenis riya’ ialah sebagi berikut.

1). Riya Yang Berkaitan Dengan Badan
Misalnya dengan menampakkan kekurusan dan wajah pucat, agar penampakan ini, orang-orang yang melihatnya menilainya memiliki kesungguhan dan dominannya rasa takut terhadap akhirat. Dan yang mendekati penampilan seperti ini ialah dengan merendahkan suara, menjadikan dua matanya menjadi cekung, menampakkan keloyoan badan, untuk menampakkan bahwa ia rajin berpuasa.

2). Riya Dari Sisi Pakaian
Misalnya, membiarkan bekas sujud pada wajah, mengenakan pakaian jenis tertentu yang biasa dikenakan oleh sekelompok orang yang masyarakat menilai mereka sebagai ulama, maka dia mengenakan pakaian itu agar dikatakan sebagai orang alim.

3). Riya Dengan Perkataan
Umumnya, riya’ seperti ini dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan agama. Yaitu dengan memberi nasihat, memberi peringatan, menghafalkan hadits-hadits dan riwayat-riwayat, dengan tujuan untuk berdiskusi dan melakukan perdebatan, menampakkan kelebihan ilmu, berdzikir dengan menggerakkan dua bibir di hadapan orang banyak, menampakkan kemarahan terhadap kemungkaran di hadapan manusia, membaca Al-Qur’an dengan merendahkan dan melembutkan suara. Semua itu untuk menunjukkan rasa takut, sedih, dan khusyu’ (kepada Allah, pent).

4). Riya’ Dengan Perbuatan
Seperti riya’nya seseorang yang shalat dengan berdiri sedemikian lama, memanjangkan ruku, sujud dan menampakkan kekhusyu’an, riya’ dengan memperlihatkan puasa, perang (jihad), haji, shadaqah dan semacamnya.

5). Riya’ Dengan Kawan-Kawan Dan Tamu-Tamu
Seperti orang yang memberatkan dirinya meminta kunjungan seorang alim (ahli ilmu) atau ‘abid (ahli ibadah), agar dikatakan “sesungguhnya si Fulan telah mengunjungi si Fulan”. Atau juga mengundang orang banyak untuk mengunjunginya, agar dikatakan “sesungguhnya orang-orang baragama sering mendatanginya”.

PERKARA YANG DISANGKA RIYA DAN SYIRIK, PADAHAL BUKAN !

1). Pujian Manusia Untuk Seseorang Terhadap Perbuatan Baiknya
Dari Abu Dzar, dia berkata : Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Beritakan kepadaku tentang seseorang yang melakukan amalan kebaikan dan orang-orang memujinya padanya!” Beliau bersabda : “itu adalah kabar gembira yang segera bagi seorang mukmin” [HR Muslim, no. 2642, Pent)

2). Giatnya Seorang Hamba Melakukan Ibadah Pada Saat Dilihat Oleh Orang-Orang Yang Beribadah
Al-Maqdisi rahimahullah berkata : Terkadang seseorang bermalam bersama orang-orang yang melaksanakan shalat tahajjud, lalu mereka semua melakukan shalat di sebahagian besar waktu malamnya, sedangkan kebiasaan orang itu melakukan shalat malam satu jam, sehingga ia pun menyesuaikan dengan mereka. Atau mereka berpuasa, lalu ia pun berpuasa. Seandainya bukan karena orang-orang itu, semangat tersebut tidak muncul.

Mungkin ada seseorang yang menyangka bahwa (perbuatan) itu merupakan riya’, padahal tidak mutlak demikian. Bahkan padanya terdapat perincian, bahwasanya setiap mukmin menyukai beribadah kepada Allah Ta’ala, tetapi terkadang banyak kendala yang menghalanginya. Dan kelalaian telah menyeretnya, sehingga dengan menyaksikan orang lain itu, maka kemungkinan menjadi faktor yang menyebabkan hilangnya kelalaian tersebut, kemudian ia dapat menguji urusannya itu, dengan cara menggambarkan orang-orang lain itu berada di suatu tempat yang dia dapat melihat mereka, namun mereka tidak dapat melihatnya. Jika dia melihat jiwanya ringan melakukan ibadah, maka itu untuk Allah. Jika jiwanya merasa berat, maka keringanan jiwanya di hadapan orang banyak itu merupakan riya’. Bandingkan (perkara lainnya) dengan ini” [7]

Aku katakan :
Kemalasan seseorang ketika sendirian datang masuk dalam konteks sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“(Sesungguhnya srigala itu hanyalah memakan kambing yang menyendiri), sedangkan semangatnya masuk ke dalam bab melaksanakan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“(Hendaklah kamu menetapi jama’ah) [8]

3). Membaguskan Dan Memperindah Pakaian, Sandal Dan Semacamnya
Di dalam Shahih Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi”. Seorang laki-laki bertanya : “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” [HR Muslim no. 2749, Pent]

4). Tidak Menceritakan Dosa-Dosanya Dan Menyembunyikan
Ini merupakan kewajiban menurut syari’at atas setiap muslim, tidak boleh menceritakan kemaksiatan-kemaksiatan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Semua umatku akan diampuni (atau : tidak boleh dighibah) kecuali orang yang melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan, yaitu seseorang yang melakukan perbuatan (kemaksiatan) pada waktu malam dan Allah telah menutupinya (yakni, tidak ada orang yang mengetahuinya, Pent), lalu ketika pagi dia mengatakan : “Hai Fulan, kemarin aku melakukan ini dan itu”, padahal pada waktu malam Allah telah menutupinya, namun ketika masuk waktu pagi dia membuka tirai Allah terhadapnya” [HR Al-Bukhari, no. 6069, Muslim no. 2990, Pent]

Menceritakan dosa-dosa memiliki banyak kerusakan, (dan) bukan di sini perinciannya. Di antaranya, mendorong seseorang untuk berbuat maksiat di tengah-tengah hamba dan menyepelekan perintah-perintah Allah Ta’ala. Barangsiapa menyangka bahwa menyembunyikan dosa-dosa merupakan riya’ dan menceritakan dosa-dosa merupakan keikhlasan, maka orang itu telah dirancukan oleh setan. Kita berlindung kepada Allah darinya.

5). Seorang Hamba Yang Meraih Ketenaran Dengan Tanpa Mencarinya
Al-Maqdisi berkata : “Yang tercela, ialah seseorang mencari ketenaran. Adapaun adanya ketenaran dari sisi Allah Ta’ala tanpa usaha menusia untuk mencarinya, maka demikian itu tidak tercela. Namun adanya ketenaran itu merupakan cobaan bagi orang-orang yang lemah (imannya, Pent)” [9]

Demikian, beberapa penjelasan berkaitan dengan riya’. Semoga Allah Azza wa Jalla menjauhkan kita semua dari sifat buruk ini, baik dalam perkataan maupun perbuatan, serta semoga menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas dalam beramal.

Washallallahu ‘ala nabiyyna Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XII/1429H/2008M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
Read On 0 komentar

PENTINGNYA UKHUWAH ISLMIYAAH

15.37

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang

Segala puji bagi Allah, Pencipta dan Pengatur seluruh alam. Semoga
sholawat dan salam selalu dilimpahkan oleh Allah kepada Rasulullah beserta
keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikut beliau.

Amma ba'du. Sebelumnya ana hendak menyampaikan rasa kekerdilan ana
untuk berbicara di hadapan Ikhwah/Akhwah semua. Ana yakin banyak Ikhwah/Akhwat
yang lain yang jauh lebih qualified untuk berbicara dalam topic ini. Dari itu
ana mohon dikoreksi kalau ada kesalahan; mohon dimaafkan kalau ada yang tak
berkenan.

Dalam pembahasan topic ukhuwah (persaudaraan) Islamiyah ini, ana hendak
bagi pembicaraan ana dalam tiga bagaian, yakni:
1. pentingnya (urgency) daripada ukhuwah Islamiyah,
2. pengaturan Ukhuwah Islamiyah dalam Al Qur'an dan As-Sunnah,
3. tahap-tahap pembentukan Ukhuwah Islamiyah.

Insya Allah, ana hendak mulai dengan subtopic yang pertama, yakni
pentingnya ukhuwah Islamiyah. Sebagaimana yang Antum semua telah ketahui,
problema umat Islam saat ini banyak sekali, baik di kalangan umat Islam sendiri
maupun di dunia internasional, terutama setelah jatuhnya kekhalifahan Islam
terakhir tahun 1924.

1. Di kalangan sendiri, umat Islam saat ini terpecah-pecah menjadi 55 (lebih),
masing-masing bangga dengan negaranya. Sering-seringnya negara-negara Islam
sendiri tidak damai satu dengan yang lain. Bahkan tidak jarang satu dengan
yang lain terjadi perang karena masalah yang sepele, misalnya batas wilayah.

2. Umat Islam menjadi kehilangan satu leadership dan akibatnya sering 'loyo'
dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Lihat saja kasus pembantaian umat Islam
di Palestina, Kasmir, Bosnia, Asia Tengah, India, dll.

3. Hubungan di antara orang-orang Islam sendiri sering terjadi tidak jelas,
yakni seperti orang-orang biasa. Sering kita ini tidak memberikan hak
daripada saudara kita se-Islam dengan semestinya. Akibatnya yah ikatannya
lemah sekali, kalau ada untungnya ya berbaik-baikan, kalau nggak ada ngapain
susah-susah mikiran "orang lain". Seolah-olah tidak ada ikatan yang istimewa
di antara orang-orang Islam.

4. dst. (masih banyak lagi problema umat Islam)

Coba renungkan ya Ikhwah/Akhwat sekalian. Kenapa umat Islam jatuh ke
kondisi seburuk saat ini? Di sinilah letak pentingnya Ukhuwah Islamiyah.
Banyak dari problem Umat Islam akan mudah sekali terpecahkan kalau kita
benar-benar mampu memahami kaidah ukhuwah (persaudaraan) Islamiyah dan
membina ukhuwah Islamiyah.

Allah Subhanahu wa ta'ala secara cantiknya menggambarkan hubungan
antara sesama orang-orang yang beriman:

"Orang-orang yang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu,
damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu, dan patuhlah
kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (Q.S. Al Hujuraat 10)

Dalam ayat ini Allah SWT mengkaitkan ukhuwah (persaudaraan) dengan
iman, menunjukkan betapa pentingnya ma'na ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah dijadikan
oleh Allah SWT sebagai salah satu dari tanda-tanda orang yang beriman.

Dalam shirah Rasulullah s.a.w., Antum dapat menghayati ma'na daripada
ayat di atas; bagaimana Rasulullah s.a.w. mengimplementasikan perintah Allah
ini dalam membina umat Islam saat itu. Segera setelah beliau hijrah dan sampai
di Medinah, salah satu langkah yang paling awal yang beliau lakukan adalah
mengikat persaudaraan antara orang-orang Muhajirin dan Anshor. Ikatan
persaudaraan yang dibina oleh Rasulullah ini sedemikian kuatnya sehingga
melebihi rasa persaudaraan di antara dua saudara kandung. Beliau juga
memerintahkan dibangunnya Masjid, sebagai pusat bertemunya orang-orang yang
beriman paling sedikit 5 kali sehari.

Dalam pembentukan Ukhuwah Islamiyah, ada tiga tahapan yang harus
dilalui:
1. tahap ta'aaruf (saling mengenal),
2. tahap tafaahum (saling memahami),
3. tahap takaaful (saling mencukupi).

Mari kita tengok secara singkat 3 tahapan ini.

Pada tahap "ta'aaruf", ukhuwah mulai dirintis. Yakni, dua (atau lebih)
ikhwah saling mengenal, dengan saling mengunkapkan latar-belakang
masing-masing. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam hal ini:

"Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku ,
supaya kamu mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu dalam pandangan Allah ialah yang lebih bertaqwa. Sesungguhnya ALlah Maha
Tahu dan Mengerti." (Q.S. Al Hujurat 13).

Dengan pengenalan ini maka kita mampu menghayati hakekat perbedaan-perbedaan
(bangsa, kedudukan, status, ras, bahasa, dll.) di antara kita dan akhirnya mampu
menerima perbedaan-perbedaan ini sebagai kehendak Allah agar kita bisa saling
mengenal.

Pada tahap "tafaahum", level ukhuwah adalah lebih tinggi lagi. Setelah
kita mengenal latar-belakang Akh kita, maka selanjutnya kita perlu memahami
diri Akh kita lebih detail lagi.
- Yakni sampai pada taraf mengenal dan memahami apa-apa yang disukai dan
apa-apa yang dibenci oleh Akh kita, sehingga kita dapat bertindak sebaik-baik
nya kepadanya.
- Yakni sampai pada taraf kita memahami kelebihan dan kelemahan Akh kita
sehingga dapat bertindak demi untuk kebaikan Akh kita.

Pada tahap "takaaful", disinilah level yang tertinggi. Setelah kita
saling mengenal, kemudian saling memahami, akhirnya kita bisa saling mencukupi.
Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkan kepada kita:

"....Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan
janganlah kamu tolong-menolong dalam mengerjakan dosa dan pelanggaran
hukum...." (Q.S. Al-Maidah 2).

Bagaimana kita melaksanakan perintah ALlah ini kalau kita tidak saling mengenal
maupun satu sama lain? Jadi kedua tahapan ukhuwah merupakan pre-requisite untuk
tahapan takaaful ini.

Dalam harakah Islamiyah, terbinanya ukhuwah Islamiyah berperan penting
sekali demi keberhasilan da'wah. Imam Syahid Hasan Al Banna menjadikan ukhuwah
Islamiyah ini sebagai salah satu dari 10 tiang bai'ah dalam organisasi da'wah
yang beliau bina. Beberapa ungkapan beliau yang mungkin dapat kita kaji dalam
membentuk ukhuwah Islamiyah adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan jama'ah, sebagaimana organisasi-organisasi secara umumnya, adalah
terletak pada kekuatan ikatan para anggotanya.
2. Tiada ikatan yang lebih kuat dalam hal ini selain ikatan "cinta" yang
didasarkan pada aqidah Islam.
3. Tingkatan daripada "ikatan cinta" ini yang paling lemah adalah kebersihan
hati kita terhadap Akh kita (yakni dari segala macam penyakit hati, seperti
buruk sangka, iri-dengki, congkak, tamak, dll.).
4. Tingkatan yang paling tinggi daripada "ikatan cinta" ini adalah mendahulukan
Akh kita dan kepentingannya sebelum kita dan kepentingan kita.

Kita semua tahu agama Islam adalah agama Allah.
Dan Allah telah menjanjikan kelanggengan Islam. Jadi, apa kita mau
menjalin ukhuwah Islamiyah atau tidak, Islam akan tetap jaya dan da'wah Islam
akan berjalan terus. Tetapi kita tidak bisa hidup tanpa ukhuwah Islamiyah.
Ibaratnya sekelompok biri-biri di pinggir hutan. Seekor serigala hanya akan
mampu menangkap seekor biri-biri yang terpencar dari kelompoknya.
Read On 0 komentar

KENALI GANGGUAN MENTAL AGAR TIDAK MENGGANGGU

15.35

Sakit jiwa … !! kapan sih kita bisa menilai orang sakit jiwa ? atau jangan-jangan kita juga bisa kena …
Sekarang bisa jadi kita merasa jiwa kita dalam keadaan prima dan bebas gangguan. Padahal belum tentu, karena gangguan jiwa itu tidak selalu seperti orang gila yang berjalan dipinggir jalan tanpa busana atau tertawa sendirian seperti anak kecil. Semua orang berpotensi terkena gangguan jiwa tanpa memandang latar belakang. Menurut ahli jiwa orang yang terkena gangguan kejiwaan bisa siapa saja , tidak hanya orang yang berasala dari kalangan bawah tapi juga bisa di alami oleh mahasiswa, pegawai negeri, pegawqi swasta. Dan kalangan professional berarti anda pun juga bisa terkena gangguan jiwa ….

Definisi gangguan jiwa atau mental disorder, menurut diagnostic and statistic manual of mental disorder, adalah seluruh gejala atau pola perilaku seseorang yang berkaitan dengan tekanan ( distress) dan ketidakmampuan seseorang. Perubahan prilaku ini beresiko kematian ,penyakit dan ketergantungan.
Gangguan mental ini sangat berkaitan erat dengan kondisi social, biologis, kepribadian dan pengalaman traumatis, seperti kecelakaan, bencana atau kehilangan. Tetapi tidak semua gangguan mental didahului oleh pengalaman traumatic. Pikun pada penderita Alzheimer, misalnya, disebabkan kelainan pda kinerja otak. Jadi, latar belakang biologis yang lebih berperan.
Dunia psikiatri mulai melihat gangguan jiwa tersebut dari sisi biologis. Apakah ada kelainan di otak penderita gangguan jiwa dibandingkan orang yang normal. Selain itu ada penelitian lanjutan untuk melihat apakah kelainan ini bisa diturunkan. Hal ini penting diketahui supaya kalau ada memang kecenderungan penurunan itu kuat, bisa ditanggulangi dulu, bisa dideteksi lebih dini dan diobati.

BANYAK MACAMNYA
Tidak perlu panic, ketahui saja terlebih dahulu beberapa jenis gangguan jiwa yang bisa mengancam kita atau sahabat kita

• Gangguan jiwa yang berkaitan dengan zat, seperti alcohol, kafein, nikotin, ganja, dan narkoba.
Gangguan ini muncul karena penyalahgunaan zat-zat yang disebutkan tadi . ketergantungan zat ditandai dengan kebutuhan yang lebih dan lebih lagi. Penderita akan meras skaw jika tidak segera mengonsumsi zat tersebut. Pasti anda pernah mendengar para perokok yang mengaku gelisah atau ada yang kurang kalau tidak merokok. Nah jika zatnya adalah narkoba efeknya akan lebih hebat lagi.
• Ganguan somatisasi
Ini adalah gangguan jiwa yang termanifestasi dalam benttuk keluhan fisik, padahal kalau dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Tidak akan ditemukan gangguan pada fisik yang bersangkutan. Penderita biasanya memiliki keluhan seperti sakit jantung. Sakit kepala, meras punya tumor dan lain-lain.
• Gangguan Mood
Gangguan ini muncul karena penderita tidak bisa mengontrol kondisi emosinya. Pada periode tertentu dia bisa depresi. Pada periode lain bisa sebaliknya. Penderita seperti ini dikuasai oleh emosinya. Pada tingkat tertentu gangguan ini bisa disertai gejla psikotik seperti halusinasi dan delusi.
• Ganguan Cemas
Penderita merasa kecemasan yang berlebihan atau irasional terhadap hal-hal yang sebenarnya yang tidak mengancam. Misalnya akut keluar rumah karena harus bertemu orang banyak, takut gelap, takut pada ruang sempit dan sebagainya. Namun gangguan cemas ini bisa juga tidak memiliki factor pemicu yang jelas. Akibatnya penderita tidak merasa aman dan kelelhan dengan persaan cemasnya tersebut.
• Gangguan Kontrol Impulsif
Penderita tidak bisa menahan dorongan untuk melakukan hal tertentu, misalnya untuk mencuri ( kleptomania) tidak tahan untuk tidak bermain api atau berjudi.
• Gangguan Kepribadian
Ciri kepribadian penderita sangat dominan, sehingga menggangu interaksinya dengan orang lain. Misalnya terlalu pede, takut pada hal secara berlebihan, terlalu pendiam danmenlak bergaul dengan oranglain dan sebagainya.

DETEKSI DINI
Kita juga bisa mendeteksi ‘potensi’ timbulnya gangguan jiwa pda diri kita atau sahabat. Cara gampangnya, lihat perubahan sikap diri kita atau sahabat. Misalnya, jika sebelumnya kita tipe yang santai, lalu tiba-tiba berubah jadi cemas dan khawatir, gampang marah, cepat lupa sering kehilangan konsentrasi, cepat murung, itu bisa jadi pertanda yang perlu diwaspadai.

Atau kebalikannya, sahabat yang biasnya pendiam berubah menjadi gembira berlebihan dan super aktif. Jangan menganggap perubahan itu merupakan hal yang normal, tetapi sebagai disfungsi perilaku. Jika dibiarkan, penderita bisa mengalami lebih dari satu gangguan jiwa. Misalnya awalnya sahabat cemas soal berat badannya. Jika perasan cemas ini dbiarkan akhirnyadapat menombulkan gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.

Sekali lagi harus ditekankan , bahwa kita harus waspada dan mengamati selalu perubahan perilaku sahabat, apakah masih dalam taraf yang wajar atau tidak. Intinya jika lingkungan sudah merasa adanya keluhan terhadap orang ini dan orangnya sendiri sudah merasa adanya keluhan, saatnya mencari bantuan.
Bantu sahabat untuk memulihkan kondisinya. Jika dia menolak diajak ke psikolog, jadilah sahabat yang selalu ada di dekatnya untuk memberikan perhatian dan dukungan. Biarkan dia tahu kalau kita selalu siap buat dia.

KITA YANG KENA
Bagaimana jika seandainya kelainan ada pada diri kita sendiri, bagaimana caranya mendeteksinya ? jika muncul rasa cemas, takut, gelisah, merasa bersalah, ada baiknya anda curhat kepada sahabat atau psikolog entang perasan anda tersebut.jika anda ingin curhat kepada teman maka pilihlah teman yang objektif dan bijak. Jangan diabaikan dan disimpan dalam hati. Minimal, beban emosi kita terangkat. Banyak kerugian yang akan kita dapat jika terkena ganagguan ini. Paling parah, kualitas hidup kita menurun, tidak produktif, tiodak bahagia dengan hidup dan lingkungan kita.

Tapi jangan terlalu khawatir berlebihgan, karena dengan bantuan professional seperti psikolog dan psikiater, kita bisa berkonsultasi, belajar mengatur stress, dan mendapat pengobatan yang tepat. Lagi pula hidup tanpa ambisi dan semangat juga seperti hidup tanpa bumbu.

KUNCINYA : POSITIF TERUS !
Kita pasti tidak mau hidup kita sia-sia karena gangguan ini. Sama seperti penyakit lain, kita bisa cegah biar gangguan jiwa ini tidak mampir dalam hidup kita. Pertama, usahakan mengepung, hentikan dulu aktivitas kita dan carilah waktu untuk beristirahatuntuk menyegarkan kembali pikiran dan tenaga kita. Selain itu kita juga harus tau bagaimana menyesuaikan diri dengan stress ini.

Misalnya, sekarang kita stress gara-gara tenggat waktu yang harus dipenuhi. Mengeluh dan marah terus-terusan. Alhasil pekerjaan kita tidak akan selesai-selesai dan kita akan tambah stress dan marah-marah lagi..
Tetaplah berpikir positif. Misalnya semangati diri sendiri, jika berhasil menyelesaikan pekerjaan ini, kita akan menjadi pribadi yang baik dan menunjukan pada diri sendiri kalau kita bisa. Intinya jangan pernah lari dari masalah memang tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa.

JANGAN LUPA
Satu lagi, jangan hanya terfokus pada diri sendiri dan merasa pekerjaan kita paling berat sedunia.. coba perhatikan orang lain yang beban kerjanya lebih berat dari kita, tapi jangan membandingkan dengan orang yang posisinya terlalu tinggi.
Pulang kantor atau kuliah, jangan lupa melihat pedagang kaki lima atau asongan yang harus berpanas-panas ria seharian penuh demi memenuhi kebutuhan hidup. Kalau begini, masa kita masih mau mengeluh kalau pekerjaan kitalah yang paling berat ?

Adalah hal yang wajib anda lakukan. Cara lain yang cukup ampuh untuk mencegah gangguan jiwa adalah tertawa. Daripada cemberut pas tenggat waktu, mendingngan tertawakan kelalaian kita atau baca lelucon garing. Kalau masih tidak mempan, kompakan saja dengan teman kerja buat menciptakan sesuatu yang beda di kantor ( tapi tidak merugikan).
Mulai sekarang, jalani hidup lebih santai dan tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.
Read On 0 komentar

Bekal Utama Aktivis Dakwah

22.41


Kirim

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنْ الْمُسْلِمِينَ . وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ . وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata:”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat: 33-35).

Ayat di atas merupakan bekal utama bagi para aktivis dakwah di jalan Allah (dai), agar selalu semangat dan istiqamah, tidak pernah gentar dan getir, senantiasa menjalankan tugasnya dengan tenang, tidak emosional dan seterusnya. Ayat tersebut diletakkan setelah sebelumnya di awal surat Fushshilat Allah menggambarkan sikap orang-orang yang tidak mau menerima ajaran Allah. “Mereka mengatakan: hati kami tertutup, (maka kami tidak bisa menerima) apa yang kamu serukan kepadanya, pun telinga kami tersumbat, lebih dari itu di antara kami dan kamu ada dinding pemisah.” (Fushshilat: 5). Bisa dibayangkan bagaimana beratnya tugas dakwah jika yang dihadapi adalah orang-orang yang tidak mau menerima kebenaran, tidak mau diajak kepada kebaikan, lebih dari itu ia menyerang, memusuhi dan melemparkan ancaman. Setiap disampaikan kepada mereka ajaran Allah,

mereka menolaknya dengan segala cara, entah dengan menutup telinga, menutup mata, atau dengan mencari-cari alasan dan lain sebagainya.

Dakwah di jalan Allah adalah kebutuhan pokok manusia. Tanpa dakwah manusia akan tersesat jalan, jauh dari tujuan yang diinginkan Allah swt. Para rasul dan nabi yang Allah pilih dalam setiap fase adalah dalam rangka menegakkan risalah dakwah ini. Di dalam Al-Qur’an, Allah swt tidak pernah bosan mengulang-ulang seruan untuk bertakwa dan menjauhi jalan-jalan setan. Tetapi manusia tetap saja terlena dengan panggilan hawa nafsu. Terpedaya dengan indahnya dunia sehingga lupa kepada akhirat. Dalam surat Al-Infithaar ayat 6 Allah berfirman: yaa ayyuhal insaan maa gharraka birabbikal kariim? (wahai manusia apa yang membuat kamu terpedaya, sehingga kamu lupa terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah?)

Dalam ayat lain: kallaa bal tuhibbuunal aajilah watadzaruunal aakhirah (sekali-kali tidak, sungguh kamu masih mencintai dunia dan meninggalkan akhirat) (Al-Qiyaamah: 20-21). Perhatikan bagaimana pahit getir yang harus ditempuh para pejalan dakwah. Sampai kapan manusia harus terus terombang-ambing dalam gemerlap dunia yang menipu kalau tidak ada seorang pun yang bergerak untuk melakukan dakwah? Di sini tampak bahwa tugas dakwah pada hakikatnya bukan hanya tugas para dai, melainkan tugas semua manusia yang mengaku dirinya sebagai hamba Allah –tak perduli apa profesinya– lebih-lebih mereka yang telah meletakkan dirinya sebagai aktivis dakwah.

Karenanya, persoalan dakwah bukan persoalan nomor dua, melainkan persoalan pertama dan harus diutamakan di atas segala kepentingan. Bila kita mengaku mencintai Rasulullah saw., maka juga harus mengaku bahwa berjuang di jalan dakwah adalah segala-galanya. Karena Rasulullah dan sahabat-sahabatnya tidak saja mengorbankan segala waktu dan hartanya bahkan jiwa raganya untuk dakwah kepada Allah. Bagi mereka rumah dan harta yang telah mereka bangun sekian lama di kota Makkah memang merupakan bagian dari kehidupan yang sangat mahal dan berharga. Tetapi mempertahankan iman dan menegakkan ajaran Allah di bumi adalah di atas semua itu. Karenanya mereka tidak pikir-pikir lagi untuk berhijrah dengan meninggalkan segala apa yang mereka miliki. Mereka benar-benar paham bahwa iman dan dakwah pasti menuntut pengorbanan. Karenanya dalam berbagai pertempuran para sahabat berlomba untuk melibatkan dirinya. Mereka merasa berdosa jika tidak ikut terlibat aktif. Tidak sedikit dari mereka yang telah gugur di medan tempur. Semua ini menggambarkan kesungguhan dan kejujuran mereka dalam menegakkan risalah dakwah yang taruhannya bukan hanya harta benda melainkan juga nyawa.

Dakwah Adalah Tugas Yang Sangat Mulia

Ayat di atas dibuka dengan pernyataan: waman ahsanu qawlan. Ustadz Sayyid Quthub ketika menfasirkan ayat ini berkata: “Kalimat-kalimat dakwah yang diucapkan sang dai adalah paling baiknya kalimat, ia berada pada barisan pertama di antara kalimat-kalimat yang baik yang mendaki ke langit.” (lihat fii dzilaalil qur’an, oleh Sayyid Quthub, vol.5, h. 3121). Kata waman ahsanu Allah ulang di beberapa tempat dalam Al-Qur’an untuk menegaskan tingginya kualitas beberapa hal: Pada surat An-Nisa ayat 125 Allah berfirman: waman ahsanu diinan mim man aslama wajhahahuu lillaah (siapakah yang lebih bagus agamanya dari pada orang yang menyerahkan diri kepada Allah). Dalam Al Maidah ayat 50: waman ahsanu minallahi hukman (siapa yang lebih bagus ajarannya dari pada ajaran Allah). Dan pada ayat di atas: Siapakah yang lebih bagus perkataannya dari pada perkataan para dai di jalan Allah? Perhatikan semua ayat-ayat tersebut secara seksama, betapa tugas dakwah sangat Allah muliakan. Peringkatnya sangat tinggi, setara dengan kualitas hukum Allah dan penyerahan diri kepadaNya secara total.

Adalah suatu keharusan seorang dai, menyerahkan hidupnya kepada Allah swt. Ia tidak kenal lelah menjalani tugas-tugas dakwah. Pun ia tidak mengharapkan keuntungan duniawi di baliknya, kecuali hanyalah ridhaNya. Dalam Surat Yasiin ayat 21 Allah berfirman: “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Toh kalaupun Allah membuka jalan rezeki baginya melalui jalan-jalan tak terduga “fadzaalika khairun ‘alaa khair“. Yang penting jangan sampai seorang dai orientasinya dunia. Sebab, bila seorang dai juga berorientasi dunia, kepada apa dia mau berdakwah, bukankah tema utama dakwah adalah ajakan untuk mempersiapkan diri menuju akhirat?

Berdakwah Dengan Amal

Ayat selanjutnya menegaskan pentingnya amal shalih: wa amila shaalihaa. Mengapa? Apa hubungannya dengan dakwah? Bahwa seorang dai jangan hanya ngomong saja, sementara perbuatannya jauh atau bahkan bertentangan dengan apa yang disampaikannya. Benar, bahwa perkataan dakwah adalah paling baiknya perkataan, tetapi itu kalau diikuti dengan amal shalih. Jika tidak, maka perkataan itu akan menjadi bumerang yang akan menyerang sang dai itu sendiri. Dalam Ash Shaf ayat 3 Allah berfirman: “Amat besar kebencian Allah, bila kamu hanya mengatakan tanpa mengerjakannya.”

Karenanya Rasulullah saw. tidak hanya berbicara, melainkan lebih dari itu seluruh perbuatannya merupakan contoh amal shalih. Allah swt. memberikan rekomendasi yang luar biasa dalam surat Al-Qalam ayat 4: “Dan sesungguhnya kamu (Mumhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Imam Ibn Katsir ketika menafsirkan ayat ini menyebutkan riwayat dari Aisyah ra.: bahwa akhlak Rasulullah saw. adalah Al-Qur’an (lihat Tafsir Ibn Katsir, vol.4, h.629). Dalam hadits-hadits yang diriwayatkan para ulama tidak semua berupa ucapan Rasulullah saw., melainkan banyak sekali yang berupa cerita para sahabat mengenai perilaku dan sikap Rasulullah saw. Banyak sekali hadits-hadits yang berupa ucapan pendek, to the point, tidak bertele-tele, mudah dihafalkan. Suatu gambaran betapa keberhasilan dakwah Rasulullah saw. adalah karena setiap yang diucapkannya langsung ada contohnya dalam bentuk amal nyata dari sikap dan akhlaknya yang sangat mulia.

Menampilkan Diri Sebagai Seorang Muslim Adalah Dakwah

Di antara ciri utama berdakwah kepada Allah, tidak saja mengamalkan ajaranNya dan menjauhi segala yang dilarang melainkan lebih dari itu menampilkan diri sebagai seorang Muslim di manapun ia berada, Allah berfirman pada ayat berikutnya: wa qaala innanii minal muslimiin. Dengan kata lain tidak cukup seorang mengamalkan Islam hanya dengan shalat, membayar zakat dan menjalankan haji, sementara dalam hidup sehari-harinya tidak mencerminkan Islam, misalnya ia tidak merasa berdosa dengan mempertontonkan auratnya di mana-mana, bergandengan tangan dengan wanita bukan istrinya di depan banyak orang, melakukan kemaksiatan, kezhaliman, korupsi, judi, perzinaan dengan terang-terangan. Anehnya, dia merasa malu untuk menampilkan Islam dengan sebenar-benarnya. Ia tidak merasa bangga sebagai seorang muslim. Bahkan Islam yang dipeluk digerogoti ajarannya sedikit demi sedikit, dengan sikap memperdebatkan prinsip-prinsipnya yang sudah baku, mencari-cari dalil untuk membangun keraguan terhadap kebenaran Islam.

Seorang aktivis dakwah sejati selalu bangga dengan identitasnya sebagai seorang muslim. Ia tidak takut menampilkan Islam sebagai pribadinya. Sungguh krisis umat Islam di mana-mana kini adalah krisis keberanian untuk menampilkan wajah Islam yang sebenarnya. Islam mengajarkan kedisiplinan, kebersihan, dan akhlak mulia, tetapi umat Islam di mana-mana selalu terkesan jorok, kotor dan beringas. Islam mengajarkan kejujuran, dan ketegasan dalam menegakkan hukum, tetapi penipuan dan korupsi justru merebak di tengah masyarakat yang mayoritasnya umat Islam. Mengapa ini semua terjadi? Bukankah orang-orang non-muslim sudah sedemikian jauh menampilkan dirinya sebagai bangsa yang bersih, disiplin dan lain sebagainya?

Benar, jika kemudian saya mendengar penyataan salah seorang muallaf : “Saya masuk Islam bukan karena umat Islam, melainkan karena kebenaran Islam. Seandainya umat Islam mampu menampilkan Islam dengan sebenar-benarnya, niscaya mereka akan berbondong-bondong masuk Islam.” Bahkan ada ungkapan yang sangat terkenal dan diulang-ulang hampir dalam setiap seminar di dalam di luar negeri: al-Islam mahjuubun bil muslimiin (kebenaran Islam terhalang oleh orang-orang-orang Islam sendiri). Perhatikan realitasnya, apa yang sedang berlangsung dalam diri umat Islam di mana-mana. Ya, kalau tidak berperang di antara mereka sendiri, mereka dizhalimi oleh pemimpinnya sendiri yang mengaku muslim.

Karenanya menampilkan Islam secara jujur dalam diri sebagai pribadi, dalam rumah tangga, dalam bermasyarakat dan dalam berbangsa dan bernegara adalah sebuah keniscayaan, dan menurut ayat di atas termasuk perbuatan yang sangat baik dan mulia. Oleh sebab itu pada ayat berikutnya Allah mengajarkan agar seorang dai selalu menyadari posisinya yang sangat mulia. Jangan sampai –karena suatu saat kelak menghadapi cobaan berupa munculnya orang-orang yang menolak dakwahnya dan lain sebagainya– ia kemudian emosional. Sehingga perkataannya lepas kontrol, lalu membalas cercaan mereka dengan cercaan. Atau lebih dari itu ia kemudian putus asa, lalu menjadi lesu dan patah arang. Akibatnya dakwah yang sangat Allah muliakan, ia lalaikan begitu saja.

Tidak, tidak demikian pribadi seorang aktivis dakwah. Seorang aktivis dakwah selalu menjiwai ayat ini: walaa tastawil hasanatu walas sayyi’ah. Benar, tidak akan pernah sama antara kebaikan dan keburukan. Kata-kata dakwah tetap lebih mulia dari kata-kata pencerca. Pertahankan kata-kata yang baik itu untuk terus menghiasi lidah sang dai. Jangan sampai terpengaruh emosi para pencerca lalu ditukar menjadi cercaan pula. Karenanya Allah ajarkan konsep: idfa’ billatii hiya ahsan, balaslah dengan ucapan yang lebih baik dan dengan cara yang lebih baik. Kata ahsan juga diulang pada ayat lain: wajadilhum billatii hiya ahsan, suatu sikap yang harus selalu menghiasi pribadi seorang dai setiap saat dan di manapun ia berada, lebih-lebih saat menghadapi penolakan, cercaan dan makian. Di saat seperti itu seorang dai, harus benar-benar tampil sempurna, bijak dan tenang. Mengapa? Sebab ia membawa misi Allah Yang Maha Perkasa. Maka ia harus selalu yakin dan percaya diri dengan posisinya. Tidak usah minder apalagi rendah diri.

Bahkan pada ayat selanjutnya Allah mengajarkan agar ia selalu tampil dengan penuh persahabatan, sekalipun mereka mencerca dengan penuh permusuhan. Perhatikan bagaimana Allah mengajarkan cara berdakwah yang efektif, di mana kemudian cara ini menjadi salah satu pilar utama dalam ilmu komunikasi modern. Setelah itu Allah menegaskan bahwa untuk itu semua seorang dai tidak cukup hanya dengan bermodal semangat, melainkan lebih dari itu harus mempunyai sifat sabar dan selalu memohon kepada Allah agar mendapatkan nasib yang baik, di dunia dan di akhirat. Tanpa sifat sabar dan doa untuk memperoleh nasib yang baik, segala proses akan menjadi sia-sia. Sebab segala kemenangan tidak akan pernah dicapai tanpa pertolonganNya.

وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Oleh: DR. Amir Faishol Fath

Read On 0 komentar

WAKTU ITU MILIK KITA

22.40

Tahukah Anda kapan orang begitu menghayati detik-detik perjalanan waktu ? Ya, sesaat menjelang pergantian tahun baru. Saat itu semua orang akan memandangi gerak jarum jam, detik demi detik berjalan terus hingga jarum jam menunjuk pukul 24.00 tepat dan ... hore, selamat tahun baru! Sungguh saat-saat yang begitu menegangkan, namun terasa begitu istimewa.
Namun demikian keesokan malamnya, jarum jam itu kembali menunjuk pukul 24.00, terus demikian tiap malam, lalu apa yang menjadi waktu tertentu jadi istimewa?
Hal-hal demikian menyadarkan kita bahwa kehidupan manusia berada dalam suatu sistem waktu. Kita bagai berada dalam sebuah kereta yang berjalan di atas rel waktu, detik demi detik bergerak tanpa bisa dihentikan atau dipercepat! Sistem waktu dengan segala aturannya menjadi pembatas hidup manusia.

I. APAKAH WAKTU ITU?
Marilah kita mulai dengan suatu anggapan bahwa waktu adalah sesuatu (time is a thing). Sesuatu yang dimiliki, dipakai, namun juga membatasi kita jika habis.

Secara Fisika, waktu adalah suatu dimensi. Ketika bidang datar (2 dimensi) menjadi ruang (3 dimensi) dan ruang tersebut berpindah tempat, maka ia membutuhkan waktu. Waktu adalah dimensi keempat, demikian pendapat Einstein.


II. PANDANGAN TENTANG WAKTU.
Bagaimana seharusnya kita memanfaatkan waktu.
J Pertama, Waktu adalah hidup.
Berapa lama kita hidup, sebanyak itulah waktu yang kita miliki. Kita hanya hidup satu kali.
J Kedua, Waktu adalah catatan sejarah.
Baik buruk hidup kita, tindakan brilian atau bodoh, masa jaya dan suram semua bagian dari sejarah waktu kita. Ingin rasanya kita menghapus hal-hal pahit atau mengulang momen itu kembali untuk memperbaikinya, namun sejarah tak dapat diubah. Semua karena waktu tak pernah berjalan mundur
J Ketiga, Waktu adalah kesempatan.
Sangat jarang kita mendapat kesempatan yang tepat sama. Sekali kita melewatkan waktu itu, kita akan menyesal.

Dari ketiga hal tadi ada dapat disimpulkan: waktu sangat terbatas dan berharga. Setiap orang seharusnya melakukan yang paling baik dan paling berarti dalam tiap waktunya.

III. MENILAI WAKTU.
Begitu banyak orang yang berprinsip time is money (because money can buy everything). Semua waktunya dan segala usahanya ditujukan untuk mencari uang. Bekerja sekeras-kerasnya, belajar siang malam agar jadi orang terkaya di dunia. Filosofi yang dianut sangat banyak orang, namun menyesatkan.
Sebagian orang lagi beranggapan bahwa waktu adalah masa sekarang. Nikmatilah masa sekarang ini sepuasnya, selalu ada kesempatan tanpa peduli aturan-aturan kerohanian.
Waktu adalah suatu paradoks (bagai dua sisi mata uang yang selalu bersamaan). Kita hidup dalam masa kini, masa yang sementara, tetapi hidup kita sekarang sebagai persiapan untuk hidup yang kekal. Suatu masa di mana ada pertanggunganjawaban terhadap hidup kita pada Allah. Penilaian kita akan waktu sangat menentukan apa prioritas hidup kita.
Karakteristik Waktu

Waktu adalah milik paling pribadi setiap orang
Waktu berjalan tetap dan maju. Tak pernah mundur. Tak bisa dipercepat atau diperlambat.
Semua orang punya waktu yang sama (24 jam sehari).
Waktu tidak bisa ditukar atau disimpan. Hanya bisa dihabiskan.
IV. MENGELOLA WAKTU.
Seorang teman bercerita ketika ia sedang tersesat di Tokyo, ia mencoba bertanya pada orang yang lalu lalang di jalan. Namun jawaban yang didapatnya selalu: Maafkan saya, saya sedang terburu-buru dan tidak ada waktu. Jawaban yang memuaskan hanya didapat dari polisi lalu lintas atau orang-orang tua yang lewat. Bandingkan dengan pengalaman saya di suatu desa di Sukabumi. Ketika saya menanyakan arah ke suatu tempat, bapak tani menjeslakan dengan panjang lebar, bahkan ia menawarkan diri untuk mengantarkan saya ke tujuan setelah mempersilakan saya lebih dulu untuk mampir di rumahnya. Luar biasa!
Kita sering melihat banyak orang seolah kelebihan waktu sedang sebagian lagi kekurangan waktu untuk melakukan kegiatan mereka. Tapi bukankah tiap orang punya jumlah waktu yang sama? Sebenarnya setiap orang sudah punya seluruh waktu yang mungkin ia miliki. Itulah suatu paradoks dari waktu.
Waktu itu sendiri berjalan terus secara konstan, detik demi detik. Jika demikian sebenarnya kita tidak bisa mengatur waktu. Yang bisa kita lakukan adalah mengatur diri kita sesuai waktu. Managing time is managing ourselves to fit in time. Marilah kita mulai dengan pengertian demikian.
Ada dua prinsip dalam memanfaatkan waktu:
1.Sadari bahwa kita tidak punya cukup waktu untuk melakukan segala sesuatu yang kita inginkan.
2.Tetapi kita punya cukup waktu untuk melakukan segala yang kita perlukan.
Kedua hal ini menuntut kita menentukan apa yang lebih perlu bagi kita (prioritas). Kemudian kita mengalokasikan waktu sesuai urutan prioritas. Inilah prinsip dari pengelolaan waktu (time management) yang sedang terkenal saat ini.

Contoh Matriks Manajemen Waktu.

(lihat Majalah Intisari, Sep. 1995)

Pembuatan matriks demikian menolong kita untuk menentukan apa yang harus kita lakukan lebih dulu. Lakukanlah hal yang penting dahulu, bukan yang mendesak.
Hal penting lainnya adalah disiplin. Prioritas kita dinyatakan bukan oleh apa yang kita tulis/pikirkan, tapi oleh kedisiplinan kita menghabiskan waktu untuk melakukan hal tersebut. Seseorang yang memprioritaskan studi, namun menghabiskan 75% waktunya untuk kegiatan kemahasiswaan, maka prioritasnya diragukan. Sebaliknya kita dapat menduga apa yang penting bagi seseorang dengan mengetahui waktu yang digunakannya untuk hal tersebut (the way you spend time defines what is important to your life and who are you).
Maka mulailah dengan menentukan apa yang jadi prioritas dalam hidup Anda. Kemudian belajar mendisiplin diri untuk mengalokasi waktu lebih banyak untuk halhal dengan prioritas tinggi. Namun, sekali lagi perlu diingat, hendaknya kehendak Allah dalam firmanNya tetap menjadi acuan dalam menentukan hal-hal terpenting dalam hidup kita

Daftar Pustaka:
Douglas, M.E. & D.N. Douglas, Manage Your Time, 1980, New York
Intisari, edisi September 1995
Tong, Stephen, Waktu dan Hikmat, 1994, LRRI, Jakarta.
Read On 1 komentar

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

22.39

Dia adalah Syekh al-Islam Abu al-Abbas Taqi al-Din Ahmad bin Abd al-Halim bin Abd al-Salam bin Abdullah bin Abi al-Qasim al-Khidr al-Namiri al-Harani al-Dimasyqi al-Hanbali. Dilahirkan di kota Haran, tumbuh dan besar di kota Damaskus. Di kota tersebutlah namanya berkibar dan menjadi salah satu mujtahid yang menonjol pad masanya, dan salah satu ulama yang hasil ijtihadnya paling banyak mendapat sorotan dan menimbulkan perdebatan. Dia dipanggil ke Mesir karena sebagian fatwanya yang menyebabkan perdebatan. Dia pernah berkunjung ke Alexandrea (Iskandariyah –kota di Mesir), kemudian kembali ke Damaskus. Dia di penjara lebih dari sekali, sampai meninggal dalam keadaan diasingkan di qal’ah Damaskus.

Ibn Taimiyah bermazhab salafi. Dalam fikih, dia mengikuti mazhab imam Ahmad bin Hambal (164 - 241 H. = 780 - 855 M.), tetapi dia adalah seorang mujtahid bukan bertaklid, bahkan dia telah mencerminkan kebangkitan dalam pemikiran salafi dengan memberikan kepada mereka kemajuan logika dengan karya-karyanya dalam masalah filsafat, baik jawaban dan penolakannya terhadap pemikiran Yunani dan orang-orang yang terpengaruh dengannya maupun dalam alternatif islami yang berusaha dibentuknya. Begitu pula perjuangannya dalam membentuk ilmu mantik yang khusus bagi tauhid Islam dan bahasa Arab. Dia melihat adanya keterkaitan antara mantik, akidah dan bahasa, perkara yang mendorongnya untuk menolak mantiknya Aristoteles sebagai mantik bagi Islam dan bahasanya.
Selain cerdas dan ketinggiannya dalam ijtihad, Ibn Taimiyah juga merupakan contoh bagi seorang alim yang ensiklopedi keilmuannya mencapai derajat ijtihad dalam berbagai ilmu dan seni. Dalam teologi, fikih, politik, mantik, Al-Qur’an dan ilmu-ilmunya, hadis dan seni-seninya serta perbandingan agama dan peradaban. Masa Ibn Taimiyah adalah masa krisis, yang mana umat tertimpa tekanan dari luar, yaitu serangan bangsa Tartar yang mengancam eksistensinya, serta tertimpa krisis internal yang berupa kejumudan dan taklid yang mewabah dalam naungan militerisme negara dan masyarakat di bawah pemerintahan Mamalik. Kemudian datanglah Ibn Taimiyah dengan proyek reformasi yang paripurna, dia menghadapi tantangan dari luar dengan mengumandangkan jihad yang tidak hanya berhenti pada batas memberi fatwa untuk berjihad, tetapi dia juga terjun langsung ke dalam pertempuran-pertempuran melawan pasukan Tartar. Dia juga mempunyai saham (andil) sebagai seorang politisi dalam memecahkan permasalahan tawanan perang dalam menyusun aturan hubungan antara kaum muslimin dengan para musuhnya dalam bentuk al-Siyasah al-Syar’iyah (politik Islam). Sedang dalam menghadapi tantangan internal – yang mana tantangan dari luar (eksternal) muncul karenanya, dan diperparah oleh tantangan eksternal tersebut – maka pembaruan Ibn Taimiyah dan ijtihadnya merupakan proyek reformasi pemikiran paripurna yang paling banyak pada masanya. Dia bersama para muridnya, khususnya Ibn al-Qayyim (691 - 751 H. = 1292 - 1350 M.) mencerminkan panji yang paling penting dalam sejarah pembaruan pemikiran Islam.
Dengan kecerdasannya dalam filsafat, politik dan ijtihad pemikiran, Ibn Taimiyah dapat melihat urgensi menyusun prioritas dalam menghadapi tantangan dan ancaman, sehingga dia berjuang mengangkat senjata bersama negara Mamalik, dan mendukung sultan dengan fatwanya. Pada saat yang bersamaan dengan penindasan negara terhadapnya sampai dia meninggal dalam penjara. Semua itu merupakan pengetahuannya terhadap bahaya dan ancaman yang utama, yaitu Tartar yang mengancam eksistensi Islam dengan kehancuran. Atas dasar inilah sikap dan peperangannya melawan para musuhnya yang banyak.
Ibn Taimiyah telah meninggalkan banyak warisan pemikiran. Dari dalam, dia memperbarui (tajdid) fikih dan logika Islam. Sebagaimana dia juga meninggalkan berjilid-jilid fatwa yang merupakan cerminan hidupnya. Dia masih menjadi pemilik proyek pembaruan yang paling banyak pengaruhnya dalam pemikiran kita, pemikiran modern dan kontemporer, bahkan yang paling banyak menimbulkan perdebatan juga.
Read On 0 komentar

ShoutMix chat widget

Followers


Artikel